Rabu, 22 April 2015

Askep Parkinson

Berikut ini adalah Asuhan Keperawatan atau Askep Parkinson dari berbagai sumber yang dirangkum secara singkat dan tetap informatif.


A. Pengertian Parkinson

Parkinson adalah gangguan saraf yang menyerang pusat kontrol gerakan tubuh. Karena fungsi gerak tubuh terganggu, maka penderita Parkinson akan merasakan kesulitan dalam menggerakkan anggota badannya, gerakannya pun cenderung lambat, terkadang mengalami tremor, dan otot-ototnya kaku.

Parkinson sering digolongkan ke dalam penyakit degeneratif yang biasa dialami oleh seseorang yang sudah lanjut usia. Umumnya, Parkinson ditemui pada orang tua yang berusia 60 tahun ke atas karena pada usia tersebut, sel-sel maupun zat-zat yang dibutuhkan oleh sistem saraf sudah mengalami penurunan kinerja akibat penuaan.

B. Etiologi Parkinson

Penyebab Parkinson bermacam-macam, beberapa di antaranya adalah sebagai berikut:

  • Penurunan produksi dopamin (neurotransmitter yang penting di dalam sistem saraf)
  • Infeksi virus yang dapat merusak pusat kendali yang berada di otak, tepatnya pada daerah substantia nigra
  • Paparan pestisida, logam, atau gas beracun di lingkungan sekitar atau di lokasi industri, di mana tubuh terpapar zat-zat tersebut dalam jumlah yang cukup banyak dan selama kurun waktu yang lama
  • Obat-obatan yang menghambat aliran dopamin, seperti obat paranoid dan skizofrenia.
  • Cedera kepala yang terjadi berkali-kali di masa lampau dan menyebabkan trauma kapitis

C. Patologi Parkinson

Pada saat otak memerintahkan anggota badan untuk bergerak (misalkan menggerakkan tangan), maka sel-sel saraf yang berada dalam ganglia basalis (di dalam otak) akan menerjemahkan perintah atau sinyal tersebut dan mengirimkannya ke organ target (dalam kasus ini adalah tangan) sehingga menghasilkan gerak tubuh yang diinginkan.

Untuk mengantarkan sinyal yang berbentuk impuls listrik itu agar dapat melewati sel dan saluran saraf hingga akhirnya sampai ke organ target, dibutuhkan bahan kimia yang disebut dengan neurotransmitter. Dopamin adalah salah satu neurotransmitter dalam sistem saraf yang berlokasi di dalam ganglia basalis.

Pada kasus Parkinson, sel-sel dalam ganglia basalis mengalami penurunan kinerja. Hal ini menyebabkan penurunan produksi dopamin, sehingga jumlah dopamin berada di bawah batas standar tubuh. Pada saat itulah pengiriman impuls listrik antar sel saraf menjadi terhambat dan berujung pada kesulitan dalam melakukan gerak tubuh. Parkinson yang disebabkan oleh penurunan jumlah dopamin ini disebut Parkinson primer.

Sedangkan Parkinson sekunder disebabkan oleh faktor-faktor yang menghalangi aliran dopamin, meskipun tubuh memiliki jumlah dopamin yang cukup. Beberapa faktor penghambat kinerja dopamin tersebut adalah obat-obatan anti paranoid dan skizofrenia. 

D. Manifestasi Klinis Parkinson

Tanda-tanda atau gejala Parkinson yang umumnya ditemui adalah sebagai berikut:
  • Mudah merasa lelah, lemah di bagian otot sekalipun baru melakukan aktivitas yang ringan, seperti berbicara, mengunyah, atau menyisir rambut
  • Lemah otot juga menyerang bagian otot mata, menyebabkan diplopia (pandangan ganda) dan ptosis (kelopak mata jatuh seperti mengantuk)
  • Jika lemah otot menyerang bagian laring, menyebabkan disfonia yaitu gangguan pada produksi suara, kemudian juga mengakibatkan lemahnya otot untuk mengunyah dan menelan
  • Otot lengan dan kaki yang lemah menyebabkan kesulitan dalam berdiri dan berjalan. Jika dapat berjalan pun jalannya akan lambat sekali. Bahkan bisa sampai terjatuh.
  • Kesulitan bernafas karena otot pernafasan juga terpengaruh Parkinson
  • Tremor yang sering & tiba-tiba menghasilkan pergerakan yang tidak terkontrol
  • Depresi, dimensia, takut, dan lambat dalam berpikir
  • Sulit tidur, pada saat tidur wajah kaku dan datar seperti topeng

E. Pemeriksaan Parkinson

Pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan memperhatikan apakah ada kelainan dalam pertumbuhan tulang khususnya tulang anggota gerak dan tulang belakang, pemeriksaan elastisitas sendi, kontraksi dan kordinasi otot, dan cara berjalan.

Pemeriksaan lebih lanjut dilakukan melalui EEG (Elektro Ensefalografi) yang mengukur aktivitas elektrik otak pada periode tertentu, CT Scan untuk melihat apakah terdapat atropi kortikal difus atau hidrosefalus eks vakuo, pengkajian neuropatologi dan neuropsikotik, serta MRI.

F. Penatalaksanaan Kasus Parkinson

Penatalaksanaan yang dilakukan untuk meredakan parkinson dapat ditempuh melalui penatalaksanaan medis maupun non-medis:

Penatalaksanaan Medis

  • Antikolinergik: contohnya benzotropin dan artane. Obat ini efektif untuk menghaluskan gerakan penderita Parkinson.
  • Carbidopa dan Levodopa: ini adalah pengobatan utama pada Parkinson. Levodopa yang masuk ke otak akan berubah menjadi dopamin. Efek dari Levodopa mampu mengurangi tremor dan kaku pada otot. Pada kasus Parkinson ringan, penggunaan Levodopa memungkinkan penderita untuk mampu melakukan aktivitas normalnya kembali. Levodopa dikombinasikan dengan Carbidopa untuk meningkatkan kinerjanya dan mengurangi potensi efek sampingnya.
  • COMT Inhibitor: contohnya Entacapone dan Tolcapone yang digunakan untuk mengontrol fungsi motorik pasien dengan terapi Levodopa.
  • Agonis Dopamin: contohnya Bromokriptin, Pramipexol, dan Kabergolin yang mampu merangsang reseptor dopamin.
  • MAO-B Inhibitor: contohnya Selegiline dam Rasagiline yang mampu mencegah perusakan dopamin oleh neuron dopaminergic. Selain itu, efeknya mampu menghaluskan gerakan penderita Parkinson, seperti efek dari antikolinergik.

Penatalaksanaan Non-Medis

Parkinson dapat diredakan dengan terapi fisik yang bisa dilakukan di klinik maupun di rumah sendiri dengan instruksi yang dapat diikuti. Terapi ini bersifat jangka panjang dan jenis terapinya disesuaikan dengan keparahan masing-masing penderita. Caranya adalah dengan melatih aktivitas fisik seperti mengangkat barang, berjalan, berbicara, dsb. Yoga dan taichi dapat digunakan juga pada terapi ini karena dapat meningkatkan fleksibilitas dan keseimbangan tubuh.

G. Fokus Pengkajian Askep Parkinson
  • Keluhan Utama: sulit menggerakkan tubuh, otot kaku dan lemah, tremor, dan refleks hilang.
  • Riwayat Kesehatan: mengkaji riwayat penyakit terdahulu dan riwayat kesehatan keluarga untuk mengidentifikasi apakah ada komplikasi penyakit sebelumnya (diabetes, hipertensi, penyakit jantung, anemia, dsb) yang berpotensi menyebabkan Parkinson atau mempercepat progesivitasnya.
  • Psiko-socio-spiritual: mendeteksi apakah muncul perilaku atau emosi yang berbeda dari biasanya sebagai respon dari penyakit ini. Misalnya, apakah penderita mengalami stress, ketakutan, penurunan peran sosial, mudah lupa dan sulit berpikir secara cepat, atau bahkan mengalami perubahan kepribadian.
  • Keadaan Umum: pada sistem pernafasan perlu diperiksa apakah telah terjadi hipoventilasi. Sedangkan pada sistem peredaran darah perlu diketahui apakah terjadi hipotensi. Selain  itu, diperiksa apakah penderita mengalami penurunan kesadaran.

H. Masalah Umum dan Intervensi Keperawatan Parkinson

Hambatan Pergerakan Fisik: diakibatkan oleh otot yang kaku dan lemah sehingga sulit untuk digerakkan.
     Intervensi:
  • Mengkaji kemampuan motorik dan tingkat kemampuan penderita dalam melakukan aktivitas fisik.
  • Terapi fisik untuk melatih otot yang sudah lama tidak bergerak agar kembali bekerja normal.
  • Melatih berjalan dengan tegak dan pandangan lurus ke depan. Latihan ini dapat dilakukan dengan atau tanpa ketukan musik. Di saat yang bersamaan, penderita dapat melatih otot pernafasan.
  • Istirahat yang cukup dan merelaksasi otot dengan mandi air hangat sambil memijat otot yang sebelumnya telah digunakan dalam latihan fisik.

Penurunan Kemandirian: penderita menjadi tidak bisa mengurus dirinya sendiri karena fisiknya sudah lemah dan terlanjur memiliki ketergantungan yang tinggi pada bantuan orang lain.
     Intervensi:
  • Memotivasi penderita untuk dapat melakukan keperluan pribadi sehari-hari, semampu mungkin, walaupun aktivitasnnya sederhana. Bergerak akan menambah semangat mereka.
  • Tetap dampingi penderita dari dekat untuk memberikan dukungan psikis atau sekali waktu membantu secara fisik jika memang penderita memerlukannya.
  • Memberi pagar di dekat tampat tidurnya untuk melatih penderita bangun dari tidur, duduk, berdiri, dan memulai berjalan.

Hambatan Komunikasi: kesulitan berkomunikasi karena produksi suara terganggu (volume lemah dan bicara lambat), ekspresi wajah yang terbatas, dan melambatnya pengolahan informasi yang didapat dari lawan bicaranya.
     Intervensi:
  • Mengkaji tingkat kemampuan penderita dalam menyampaikan ataupun menerima informasi.
  • Menerapkan bentuk komunikasi alternatif seperti komunikasi dengan bahasa isyarat seperti kontak mata dan gerak tubuh. Dapat juga dengan memberi pertanyaan yang mudah dijawab: Ya atau Tidak. Selain itu, komunikasi dapat dilakukan dengan tulisan di kertas atau papan tulis.
  • Meletakkan bel pemanggil yang dapat dijangkau dengan mudah. Bel ini dapat dibunyikan pada saat penderita membutuhkan bantuan segera dari tim medis.
  • Bekerja sama dengan keluarga penderita untuk menyampaikan informasi tentang Parkinson dengan cara yang mudah dimengerti dan disesuaikan dengan kemampuan penderita dalam menerima informasi tersebut.
  • Berkolaborasi dengan ahli wicara untuk melatih penderita supaya kemampuan komunikasinya dapat kembali normal, setidaknya bisa melakukan pembicaraan yang efektif.

Demikian pemaparan Asuhan Keperawatan atau Askep Parkinson. Semoga bermanfaat dan silakan memberikan saran membangun terutama bagi Anda yang mempunyai kompetensi profesional di bidang ini. Terimakasih.

0 komentar:

Posting Komentar